Beranda | Artikel
Nasihat Rasulullah Kepada Muadz bin Jabal
Rabu, 25 September 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Nasihat Rasulullah Kepada Muadz bin Jabal merupakan  bagian dari kajian Islam ilmiah Nasihat-Nasihat Para Sahabat yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 11 Muharram 1441 H / 11 September 2019 M.

Kajian Tentang Nasihat Rasulullah Kepada Muadz bin Jabal

Kita masuk hadits selanjutnya dari nasihat-nasihat dan mauidzah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Muadz bin Jabal berkata:

كنتُ معَ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ في سفَرٍ ، فأصبَحتُ يومًا قريبًا منهُ ونحنُ نَسيرُ

“Aku pernah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam perjalanan, dan di waktu pagi suatu hari aku dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan waktu itu kami sedang berjalan.”

فقلتُ : يا رسولَ اللَّهِ أخبرني بعمَلٍ يُدخِلُني الجنَّةَ ويباعِدُني من النَّارِ

“Lalu aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku dengan amal yang bisa memasukkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari api neraka.`”

قالَ : لقد سألتَني عَن عظيمٍ ، وإنَّهُ ليسيرٌ على من يسَّرَهُ اللَّهُ علَيهِ ، تعبدُ اللَّهَ ولا تشرِكْ بِهِ شيئًا ، وتُقيمُ الصَّلاةَ ، وتُؤتي الزَّكاةَ ، وتصومُ رمضانَ ، وتحجُّ البيتَ ،

“Maka Nabi bersabda, ‘Sungguh kamu telah bertanya kepadaku tentang perkara yang besar. Dan sesungguhnya ia mudah atas orang-orang yang Allah berikan kemudahan padanya. Yaitu kamu hendaklah beribadah kepada Allah dan jangan sekutukan Allah sedikitpun juga. Dan kamu mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah.`”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ألا أدلُّكَ على أبوابِ الخيرِ : الصَّومُ جُنَّةٌ ، والصَّدَقةُ تُطفي الخطيئةَ كما يُطفئُ الماءُ النَّارَ ، وصلاةُ الرَّجلِ من جوفِ اللَّيلِ

“Maukah aku tunjukkan kamu kepada pintu-pintu kebaikan: Puasa atau shaum adalah perisai, dan sedekah bisa memadamkan dosa sebagaimana air bisa memadamkan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membacakan surat As-Sajadah ayat 16-17, Allah Ta’ala berfirman:

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿١٦﴾ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٧﴾

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka senantiasa menyeru Rabb mereka dengan penuh rasa takut dan rasa harap, dan dari sebagian apa yang telah kami berikan rejeki kepada mereka, mereka menginfakkannya. Jiwa tidak mengatahui apa yang disembunyikan untuk mereka dari kesejukan pandangan sebagai balasan terhadap perbuatan mereka.” (QS. As-Sajdah[32]: 16-17)

Kemudian Rasulullah bersabda:

ألا أخبرُكَ بِرَأسِ الأَمرِ كلِّهِ وعمودِهِ ، وذِروةِ سَنامِهِ ؟

“Maukah aku beritahukan kepada kamu kepala perkara seluruhnya, tiangnya dan puncak punuknya?”

Muadz bin Jabal berkata:

بلى يا رسولَ اللَّهِ

“Mau Ya Rasulullah.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

رأسُ الأمرِ الإسلامُ ، وعمودُهُ الصَّلاةُ ، وذروةُ سَنامِهِ الجِهادُ ،

“Kepala urusan itu Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak punuknya adalah berjihad.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali bersabda:

ألا أخبرُكَ بملاكِ ذلِكَ كلِّهِ ؟

“Maukah aku beritahu kamu kunci seluruhnya itu?”

Ini adalah kunci yang telah disebutkan tadi dari awal berupa jalan menuju surga, demikian pula pintu-pintu kebaikan, demikian pula kepala segala urusan, tiang dan puncaknya. Nabi ingin memberitahu kepada Muadz bin Jabal tentang kunci semua itu.

Muadz bin Jabal menjawab:

بلَى يا رسولَ اللَّهِ

“Mau wahai Rasulullah.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang lidahnya lalu Nabi bersabda:

كُفَّ عليكَ هذا ،

“Tahan ini.”

Muadz bin Jabal berkata:

يا نبيَّ اللَّهِ ، وإنَّا لمؤاخَذونَ بما نتَكَلَّمُ بِهِ ؟

“Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang kami ucapkan?”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ثَكِلَتكَ أمُّكَ يا معاذُ ، وَهَل يَكُبُّ النَّاسَ في النَّارِ على وجوهِهِم أو على مَناخرِهِم إلَّا حَصائدُ ألسنتِهِم .

“Mengherankan sekali engkau hai Muadz, bukankah yang menelungkupkan manusia dalam neraka jahannam diatas tengkuk-tengkuk mereka adalah hasil daripada ucapan lisan-lisan mereka?” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Subhanallah..

Siapa Muadz bin Jabal?

Muadz bin Jabal seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dipuji oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan kefaqihannya. Disebutkan dalam hadits bahwa Muadz bin Jabal nanti akan dikumpulkan di depan para ulama sejauh mata memandang. Beliau sahabat yang mulia yang Allah berikan kefaqihan.

Manfaatkan Kebersamaan dengan Ahli Ilmu

Muadz bin Jabal berkata, “Aku pernah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah perjalanan. Suatu ketika aku dekat dengan beliau dan waktu itu kami sedang berjalan.”

Ini menunjukkan bahwa kalau kita berjalan dengan seorang alim, seorang ulama, maka jadikan itu ghanimah untuk kita bisa mengambil manfaat ilmu. Ketika kita berjalan dengan seorang ustadz yang kita ketahui akan keilmuannya, kedalaman dan kefaqihannya, maka jangan sia-siakan untuk kita berusaha bertanya tentang perkara-perkara yang kita tidak paham. Namun jangan juga kita menjadi orang yang banyak bertanya. Karena banyak bertanya itu juga dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah bahwa pertanyaan itu boleh kalau memang itu perkara-perkara yang kita butuhkan dalam agama kita. Adapun kalau kita belum ada kebutuhan, jangan kita pikir-pikir ingin bertanya apa. Terkadang ada orang seperti itu. Karena sepertinya tidak bagus. Karena akan bisa menyeret kepada banyak bertanya yang dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Baca juga: Hadits Arbain Ke 9 – Kerjakan Perintah Semampunya dan Jangan Banyak Bertanya

Panggilan Kehormatan

Lalu Muadz bin Jabal berkata, “Wahai Rasulullah.”

Ini adab para sahabat kepada Rasulullah. Karena memang Allah melarang para sahabat untuk memanggil beliau dengan nama. Allah berfirman:

لَّا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُم بَعْضًا ۚ

Jangan kalian samakan panggilan kepada Rasulullah seperti kepada yang lainnya.” (QS. An-Nur[24]: 63)

Maka sebagian ulama mengambil istimbat bahwa demikian pula ketika kita memanggil seorang alim ulama, jangan kita panggil namanya. Kita panggil gelar kehormatan buat dia untuk menghormati keilmuannya.

Semangat Melakukan Kebaikan

Muadz bin Jabal berkata, “Kabarkan kepadaku amal yang bisa memasukkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari api neraka.” Subhanallah.. Ini adalah sebuah pertanyaan yang luar biasa. Pertanyaan tentang amal yang bisa memasukkan ke surga. Menunjukkan bahwa para sahabat itu semangat sekali bertanya tentang amal. Makanya tidak aneh Al-Imam Imam Ibnu Katsir berkata:

لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ

“Kalaulah itu perkara yang baik, tentu para sahabat sudah mendahului kita kepada kebaikan.”

Kenapa? Karena para sahabat orang yang paling semangat kepada kebaikan. Saya yakin semua kita mengakui bahwa masalah semangat kepada kebaikan para sahabat adalah segala-galanya dari kita. Maka dari itu suatu amal yang tidak diamalkan oleh para sahabat, jangan kita amalkan. Karena mereka yang paling paham dan paling semangat kepada kebaikan, kepada amal shalih.

Oleh karena itulah Hudzaifah Ibnul Yaman berkata:

كل عبادة لم يتعبدها أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فلا تعبدوها

“Setiap ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jangan kalian lakukan.”

Mereka adalah orang yang paling semangat dalam kebaikan, orang yang paling paham tentang dien ini.

Perkara Besar

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendengar pertanyaan Muadz bin Jabal itu beliau bersabda, “Kamu telah bertanya kepadaku tentang perkara yang besar.”

Subhanallah.. membahas amal yang bisa memasukkan ke surga dan menjauhkan dari api neraka adalah perkara besar. Banyak orang di zaman ini menganggap membahas tentang amalan ke surga adalah pembahasan yang remeh. Karena hatinya menginginkan dunia. Dihatinya, dunialah yang paling besar. Sehingga ketika melihat amal, dia melihatnya remeh.

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa ini pertanyaan besar. Pertanyaan tentang amal yang bisa memasukkan ke surga dan menjauhkan dari api neraka. Maka sudah selayaknya kita -orang-orang yang mengharapkan surga Allah- berusaha untuk berburu surga dengan cara memperhatikan apa amal-amal yang bisa memasukkan ke surga. Itu adalah perkara dan cita-cita yang sangat mulia, saudaraku.

Cita-cita yang mulia dan tinggi itu bukan di dunia. Cita-cita dunia itu rendah semuanya. Yang satu cita-citanya ingin menjadi dokter, yang satu cita-citanya ingin menjadi presiden, yang satu cita-citanya ingin jadi insinyur dan yang lainnya. Itu semua cita-cita dunia. Cita-cita yang paling tinggi adalah “Saya ingin masuk surga.” Itu adalah merupakan keinginan yang sangat mulia sekali. Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganggap pertanyaan ini agung sekali.

Kemudahan dari Allah

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan, “Dan sesungguhnya ia mudah bagi siapa yang Allah berikan kemudahan.” Karena ada orang-orang yang ternyata Allah tidak berikan kemudahan. Kenapa Allah tidak berikan kemudahan? Karena ternyata hatinya tidak menginginkannya, karena ternyata hatinya lebih menginginkan dunia, karena ternyata balasan yang dia harapkan adalah dunia. Sehingga Allah berikan kesulitan dia untuk beramal shalih. Na’udzubillah, jangan sampai kita termasuk orang-orang yang disulitkan oleh Allah untuk beramal shalih akibat dari pada hati kita yang kita tidak berusaha untuk mengharapkan kehidupan akhirat.

Dimudahkan Beramal Shalih

Kata Rasulullah, “Sesungguhnya ia mudah atas orang yang Allah mudahkan untuknya.”

Maka kita harus berusaha bagaimana caranya Allah memudahkan kita beramal shalih.  Caranya tiada lain adalah mengatur hati kita supaya hati kita betul-betul menyadari tentang kehidupan dunia yang fana dan bahwasanya akhirat itu segala-galanya, bahwasannya kita hidup di dunia tidak akan lama, kita akan meninggal, kita akan kembali kepada Allah. Kita tidak akan membawa harta yang banyak, tidak akan membawa mobil yang mewah, tidak akan membawa rumah yang megah.

Kalau kita selalu berpikir tentang akhirat, maka akan muncul niat-niat kebaikan. Saat niat itu kuat, Allah berikan kemudahan Insya Allah. Asal kita berusaha terus berjuang. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya itu mudah bagi orang yang Allah berikan kepadanya kemudahan.”

Amalan Yang Memasukkan ke Surga

1. Beribadah Kepada Allah dan Jangan Sekutukan Allah Sedikitpun Juga

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan yang paling agung dulu. Yaitu hendaklah kamu beribadah hanya kepada Allah saja. Jangan sekutukan Allah dengan apapun juga. Subhanallah..

Ini perkara yang agung. Beribadah hanya kepada Allah karena kita adalah hamba. Semuanya kita hamba dan hak Allah atas hambaNya adalah agar diibadahi dan tidak disekutukan. Karena semua yang disembah selain Allah adalah makhluk yang Allah ciptakan. Maka Allah tidak ridha untuk disekutukan dengan makhluk-makhlukNya yang lemah, yang butuh semuanya kepada karunia Allah.

Maka saudaraku, perhatikan perkara yang pertama ini. Hendaklah kamu beribadah kepada Allah. Perhatikan betul apakah kita sudah merealisasikan ibadah secara sempurna atau belum? Karena ibadah itu hak yang agung.

Apa itu ibadah?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah memberikan definisi:

اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأفعال الظاهرة والباطنة

“Sebuah nama yang menunjukkan kepada semua perkara yang Allah cintai dan ridhai dari ucapan dan perbuatan yang tampak maupun yang tersembunyi.”

Dari mana kita tahu sesuatu itu dicintai dan diridhai oleh Allah?

Tentu dari pengabaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kata beliau bahwa ibadah itu adalah perkara yang Allah cintai dan ridhai. Berarti karena itu hak Allah dan Allah ingin diibadai dengan apa yang Allah cintai dan Allah ridhai. Bukan dengan sesuatu yang sesuai selera kita.

Beliau juga menyebutkan bahwa ibadah itu harus terdiri dari dua perkara; (1) pengagungan dan ketundukan, (2) cinta. Orang yang cinta tapi tidak mengagungkan dan tidak tunduk, dia tidak ibadah. Orang yang tunduk dan mengagungkan tapi tidak cinta, itu tidak disebut dengan ibadah. Disebut ibadah kalau terdiri dari dua perkara tadi.

Maka kita menghambakan diri kita kepada Allah, bukan kepada hawa nafsu. Kita menghambakan diri kita kepada Allah, bukan kepada harta benda. Kita menghambakan diri kita kepada Allah, bukan kepada manusia. Karena semua kita adalah hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di sini beliau mengingatkan perkara yang paling agung. Karena ini adalah hak Allah yang paling besar.

Jangan sekali-kali sekutukan Allah sedikitpun juga

Syitik adalah dosa yang paling besar. Allah berfirman:

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya syirik itu dosa yang sangat besar.” (QS. Luqman[31]: 13)

Allah pun tidak akan pernah mengampuni orang yang wafat di atas syirik. Bahkan Allah haramkan dia masuk ke dalam surga. Allah berfirman:

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّـهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّـهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ

Sesungguhnya siapa yang mempersekutukan Allah, maka Allah haramkan ia masuk ke dalam surga dan tempatnya dalam api neraka.” (QS. Al-Maidah[5]: 72)

Maka ini (mengenal hak-hak Allah) adalah fiqih yang paling besar, saudaraku. Jangan sampai perhatian kita kepada fiqih-fiqih yang lainnya lebih besar daripada fiqih tentang ibadah kepada Allah, fiqih tentang tauhidullah.

2. Mendirikan Shalat

Ini merupakan amal yang bisa memasukkan ke surga. Karena shalat merupakan rukun yang terbesar setelah dua kalimat syahadat. Setelah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hakikat shalat adalah kita bersujud kepada Allah dan mengakui bahwa kita ini hamba Allah. Maka orang yang sombong untuk meletakkan dahinya di tanah untuk sujud kepada penciptanya, sungguh ini hakikatnya orang yang sangat sombong.

Banyak orang yang sombong, tidak mau ia meletakkan dahinya kepada Allah yang telah memberikan dia rezeki. Na’udzubillah..

Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang meninggalkan shalat karena malas. Imam Ahmad dan kebanyakan sahabat berpendapat dia kafir murtad dari agama Islam. Sebagian ulama seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad mengatakan belum. Berarti orang yang meninggalkan shalat itu masih diperselisihkan ulama apakah dia muslim apa bukan. Ini menunjukkan betapa agungnya masalah shalat.

Makanya seorang mukmin tidak boleh meremehkan shalat. Seorang mukmin tidak boleh meremehkan sedikitpun dari perintah-perintah Allah terutama masalah shalat. Karena manfaat shalat untuk kehidupan kita luar biasa. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut[29]: 45)

Berarti shalat memberikan kekuatan di hati. Orang yang senantiasa memperhatikan shalatnya, dia perhatikan syaratnya dan rukunnya dan tuma’ninahnya,  orang ini Insyaallah shalatnya akan memberikan kekuatan di hati dan kelak akan diberikan kekuatan untuk meninggalkan maksiat.

Shalat juga -kata Rasulullah- merupakan cahaya. Cahaya di dunia dan akhirat. Sementara kita butuh cahaya. Terlebih di kehidupan akhirat. Kita sangat membutuhkan cahaya, saudaraku. Shalat juga menggugurkan dosa-dosa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

أَرَأَيْتُمْ لََوْ أَنَّ نَهْرَاً بِِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتََسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؟

“Bagaimana pendapat kalian, seandainya ada sungai di depan pintu rumah seorang dari kalian. Dia mandi di sungai itu lima kali sehari. Apakah masih ada kotoran yang tersisa?” (Muttafaqun ‘alaih)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يصَلِّي أُتِيَ بِذُنُوبِهِ كُلِّهَا؛ فَوُضِعَتْ على رَأْسِهِ وَعَاتِقَيْهِ، فَكُلَّمَا رَكَعَ، أَوْ سَجَدَ تَسَاقَطَتْ عَنْهُ

“Sungguh, jika seorang hamba berdiri untuk shalat, maka semua dosanya didatangkan, dan diletakkan di atas pundaknya. Maka setiap kali dia ruku’ dan sujud, maka berjatuhanlah dosa-dosa tersebut darinya.” Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah (1398)

Bayangkan, Subhanallah..

Betapa besar dan agungnya shalat. Sampai-sampai semua syariat disampaikan oleh Allah kepada RasulNya melalui Malaikat Jibril. Sementara shalat tidak. Allah langsung memanggil Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke langit ketujuh untuk bertemu dengan Allah dan langsung Allah wahyukan dan perintahkan tanpa perantara.

Baca: Hadits Tentang Kisah Isra’ Mi’raj

Itu menunjukkan betapa agungnya shalat. Perhatikan betul shalat.

3. Membayar Zakat

Membayar zakat menghilangkan kebakhilan, membayar zakat memberkahi harta dan mensucikannya, membayar zakat juga menjadi fakir miskin dengan orang-orang kaya menjadi semakin dekat. Membayar zakat juga menjadikan seorang hamba itu punya sifat dermawan dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Membayar zakat hakikatnya adalah memelihara harta kita sendiri. Karena orang yang tidak membayar zakat pasti hartanya akan dibinasakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Na’udzubillah..

4. Berpuasa Ramadhan

Ini juga amalan yang agung sekali yang memasukkan kita ke dalam surga. Simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-24:01

Download mp3 Kajian Tentang Nasihat Rasulullah Kepada Muadz bin Jabal


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47748-nasihat-rasulullah-kepada-muadz-bin-jabal/